Foto : Erwin
Jakarta, Media Indonesia Raya – Pesta Olahraga Terbesar Se-Asia yang Ke-18 atau yang lebih dikenal dengan Asian Games 2018 suatu acara olahraga multi-event regional Asia yang akan diselenggarakan di Indonesia pada tanggal 18 Agustus – 2 September 2018, di dua kota yaitu Jakarta dan Palembang, serta beberapa tempat sebagai tuan rumah pendukung yang tersebar di provinsi Jawa Barat dan Banten. Jika bicara Asian Games bukan cuma bicara tentang infrastruktur, cabang olahraga, atlet, maskot dan lain-lain.
Maskot Asian Games ternyata banyak memberi inspirasi bagi seorang seniman muda berbakat berdarah Italia-Indonesia bernama Maxi Mastrovalerio.
Seniman yang punya banyak bakat dan talenta ini mendapat pelajaran penting tentang koloberasi antara seni dan olahraga pada sebuah maskot Asian Games.
Dari maskot Asian Games Maxi melihat berbagai karakter yang mewakili cabang olahraga, dan itu Dia tuangkan dalam karya seni lukisan yang bertema pewayangan. Bagi Maxi karakter wayang adalah sesuatu yang punya daya tarik dan unik sehingga Dia merasa tertantang untuk mendalami seni lukis maskot wayang termasuk membuatnya mendunia.
“Dari event Asean Games saya terinspirasi membuat lukisan maskot wayang. Setahu saya setiap event Asean Games sudah punya karakter maskotnya sendiri. Tapi saya ingin melukis maskot wayang versi saya sendiri. Gayanya mewakili anak muda Indonesia zaman sekarang, makanya lukisan yang saya buat terlihat kekanak-kanakan. Banyak anak muda dan remaja yang bertanya kenapa lukisan saya kekanak-kanakan, tapi yang pasti maskot tidak bisa terlihat sedih, dia harus tampak ceria. Misalnya kayak Gatot Kaca bermain bola, Srikandi bermain tenis, ada lagi Srikandi sedang main bola voli, saya buat 4 maskot masing-masing 2 maskot pria dan 2 wanita. Keinginan saya wayang bisa mendunia tidak cukup di Indonesia dan Asia saja, karena di Eropa sendiri banyak yang tidak tahu sosok wayang itu seperti apa,” kata Maxi kepada Media Indonesia Raya saat ditemui di Apartemen Casablanca, Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (6/7).
Menurutnya, karakter wayang yang memiliki segala keunikan, daya tarik, warna dan bentuknya membuatnya berkeinginan untuk menduniakan wayang sebagai karya seni nusantara dalam bentuk lukisan. Keinginannya tersebut mendapat dukungan sebuah Event Organizer (EO) yang menawarkan bantuan untuk mempromosikan karya lukis wayangnya.
“Saya membuat idenya, terus saya ketemu EO, katanya karya saya bagus sehingga bisa diangkat dan dipamerkan di Mall atau dimanapun. Saya sebagai Pencipta idenya, melukisnya, dan ada orang lain yang membungkusnya supaya bisa diangkat. Saya memilih wayang karena saya suka warnanya, banyak ragamnya, elegan dan warnanya kontras dan hidup. Hal ini yang membuat saya ingin memperkenalkan wayang Indonesia ke dunia,” tuturnya.
Pelukis kelahiran Trieste, Italia, 17 Oktober 1974 ini membeberkan alasannya memilih wayang Jawa termasuk usahanya mempromosikan perwayangan ke seluruh pelosok nusantara. Dia berharap seorang pelukis wayang harus mampu memahami unsur dan nilai filosofi yang terkandung dalam setiap karakter wayang.
“Saya memilih wayang Jawa karena ada faktor keturunan. Saya campuran Jawa, Ibu saya dari Jogyakarta, Bapak saya dari Italia dan kebetulan wayang Jawa Jogya lebih dikenal. Mungkin karena keraton masih berdiri sehingga wayang Jawa Jogya lebih dikenal dibandingkan wayang-wayang yang lain. Mati hidupnya perwayangan dipengaruhi eksis tidaknya keratonnya. Setiap saya naik pesawat Garuda ke luar negeri, simbol Garuda tersebut diambil dari Perwayangan Jawa. Bukan dari Perwayangan Kalimantan atau Sumatera. Paling untuk awal ini saya bergerak mengangkat wayang asal Jawa dahulu, kemudian Bali, karena orang luar sudah banyak yang tahu Bali. Untuk Kalimantan karena saya tidak lahir disana mungkin akan saya angkat, termasuk juga Sumatera,” jelasnya.
Baginya memahami filosofi melukis wayang itu penting tidak sekedar hanya bisa menggambar apalagi mencontek obyek wayang yang sudah jadi.
“Saya ingin setiap pelukis wayang harus bisa memahami filosofi dari setiap wayang yang akan dilukisnya. Jangan sekedar cuma bisa menggambar apalagi mencontek wayang yang sudah jadi dari Youtube atau Google. Dengan memahami filosofi seorang pelukis wayang bisa mengetahui kenapa sosok wayang itu dilukis seperti itu. Saya merasa ada orang lain yang pengetahuannya lebih luas dibandingkan saya. Mereka lebih mendalami banding saya,” ungkapnya.
Maxi melihat ada koloberasi atau hubungan yang erat antara Wayang dan Olahraga terutama dengan setiap cabang olahraga yang dipertandingkan di Asian Games. Max sadar betul bahwa Seni, Wayang dan Olahraga punya kaitan yang erat satu sama lain.
“Jika kita lihat perwayangan, pada saat kita menonton pementasan perwayangan, maka yang kita lihat bahwa pertunjukan pewayangan itu sangat dinamis. Yang menariknya adalah saat wayangnya dilemparkan oleh sang Dalang. Ada lagi wayang yang bentuknya langsing kecuali Semar, Semar mungkin nanti saya lukis saat melempar besi bola, mungkin itu cocok. Jadi perwayangan dan olahraga itu punya kesamaan dan cocok banget karena keduanya dinamis. Coba kita lihat tarian Wayang Orang, kita ditunjukkan gerakan melompat-lompat, kemudian gerakan seolah akan terbang,” tandasnya.(Erwin)