Foto : Erwin

Jakarta, Media Indonesia Raya – Bambu sangat dekat sekali dengan Kehidupan Rakyat Indonesia. Bambu ada di mana-mana, hampir 74.957 Desa ada bambunya. Bambu bisa tumbuh di mana-mana, bahkan di lahan yang sangat ekstrim pun bisa tumbuh. Bambu Indonesia, salah satu bambu terlengkap di Dunia, 11% jenis bambu Dunia ada di Indonesia.

“Bambu adalah material masa depan penganti kayu, logam, plastik, kapas, sutra, kaca, batu bara dan energi fossil. Bambu adalah bahan baku masa depan untuk tepung, kopi, teh, kosmetik, makanan, minuman, air sehat, pengobatan, pakan hewan, pupuk, pengawetan dan kesehatan. Selain itu bambu adalah tanaman paling cepat untuk konservasi lingkungan dan bisa dimanfaatkan untuk kedaulatan dan Ketahanan Sandang, Pangan, Papan, Energi, Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Pertahanan dan Keamanan,” tutur Ketua Harian Organ Relawan Jokowi Center Sahat Lumbanraja kepada Media Indonesia Raya saat acara launching Kampanye Receh di Rumah Aspirasi Jokowi-Ma’ruf Amin, Jl. Proklamasi No. 46, Jakarta Pusat, Rabu (19/12).

Pada acara launching Kampanye Receh yang dipadu dengan Talkshow Bambu Ajaib membahas tentang Bambu untuk berbagai produk seperti Rumah Bambu Millenial, Wisata Sabumi (Desa Bambu Millenial, dan Madania (Masjid Dari Bambu Milenial.

“Bambu bisa memberdayakan banyak masyarakat, dari mulai anak-anak sampai pini sepuh. Bambu mempunyai nilai ekonomis paling cepat, mulai usia 1 tahun untuk minuman dan 3 tahun untuk konstruksi, kerajinan dan makanan minuman, sekali menanam, seumur hidup panen terus. Bambu menghasil Oksigen lebih banyak, menyerap CO2 lebih banyak, menyerap bau, menyaring debu dan memecah angin sehingga cocok untuk digunakan pada jenis usaha perumahan dan wisata. Sehingga bambu adalah Emas Hijau, Sang Saka Bhuana, Pusaka Alam Semesta. Maka bambu mewariskan Mata Air, bukan Air Mata bagi penggunannya. Mampu memberikan manfaat ekonomis,” kata Mukkodas, S.T, M.T, I.A.I Perwakilan Jokowi Center Kota Tangerang Selatan menambahkan.

Menurut Mukkodas cara terbaik untuk mensosialisasikan bambu adalah dengan mengaungkan Revolusi Sebatang Bambu.

“Tiap Pulau, minimal ada satu Industri Bambu. Tiap Provinsi memiliki Puslitbang dan Museum Bambu. Tiap Kabupaten/Kota ada Desa Bambu Milenial (SABUMI). Tiap Kecamatan ada Akademi Bambu.Tiap Desa ada Kebun Bambu. Dan tiap Rumah ada Rumpun Bambu,” ungkap Mukkodas.

Dibandingkan industri tekstil, kertas, dan biomass, nilai investasi bambu jauh lebih bersaing dengan pangsa pasar menjangkau sampai ke mancanegara.

“Industri Bambu Laminasi membutuhkan investasi 10 M, untuk Puslitbang dan Museum Bambu membutuhkan investasi 5 M. Sedangkan untuk SABUMI membutuhkan investasi 1 M. Akademi Bambu membutuhkan investasi 500 juta. Harga 1 bibit bambu + penanaman adalah Rp. 30.000/bibit, 1 ha lahan membutuhkan sekitar 100 sampai 400 bibit, jadi 1 ha lahan butuh investasi 3 juta sampai 12 juta. Harga 1 bibit bambu + transportasi untuk dibagikan Rp. 20.000/bibit. Sedangkan dunia sangat membutuhkan bambu untuk mengurangi dampak pemanasan global dan kerusakan lingkungan akibat keserakahan manusia,” tandas Mukkodas.(Erwin)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!