Jakarta, Media Indonesia Raya – Pasangan capres dan cawapres Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno terancam mendapat dukungan semu dari partai politik pengusungnya. Hal itu disampaikan Lembaga Survei Indikator Politik Indonesia.
Potensi fenomena “split ticket voting” atau pembelahan suara untuk pileg dan pilpres akan lebih besar terjadi di kubu Prabowo dan Sandiaga Uno daripada di kubu Jokowi dan Ma’ruf Amin.
Survei dilakukan pada 16-26 Desember 2018 terhadap 1220 responden, populasinya seluruh warga Indonesia yang saat ini memiliki hak pilih yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah. Survei dilakukan dengan menggunakan metode pengambilan sampel secara acak atau multistage random sampling atas proporsional berdasarkan populasi desa/kelurahan, agama dan gender secara nasional. Margin of error survei +/- 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Survei dilakukan dengan memberi pertanyaan kepada responden ‘jika pemilihan anggota DPR diadakan sekarang ini, partai atau calon dari partai mana yang akan Ibu/Bapak pilih?’. PDIP mendapat total suara terbesar yaitu 21.6%. Disusul Gerindra 12.2%, Golkar 10.7%, PKB 9.3%, Demokrat 6.3%, NasDem 5.3%, PKS 4.2%, PPP 4%, Perindo 3.4%, dan PAN 2.7%. Secara total sekitar 56.2% pemilih merupakan basis koalisi partai pengusung dan pendukung pasangan Joko Wi-KH Ma’ruf Amin, 26.2% basis koalisi pengusung dan pendukung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, selebihnya merupakan kelompok non partisan yang berbasis partai diluar koalisi pengusung dan pendukung.
Dalam survei, responden juga diberikan pertanyaan ‘jika pemilihan presiden diadakan sekarang, siapakah yang akan Ibu/Pilih sebagai menjadi Presiden dan Wakil Presiden Indonesia?’. Secara umum hampir tidak ada partai politik dimana basis pemilihnya selalu linier dengan arah dukungan partai kepada capres-cawapres. PDIP menjadi paling solid mendukung capres-cawapres yang diusung. Sedangkan PPP dan Hanura paling banyak terbelah kepada oposisi. Kemudian Golkar, PKB, NasDem dan Perindo sekitar 27-31 % basisnya tidak searah dengan arah partai. PSI dan PKPI sangat solid mendukung Jokowi-KH Ma’ruf Amin, tapi basisnya masih rendah.
“Sementara pada kelompok partai koalisi pendukung Prabowo-Sandi, Demokrat dan Berkarya paling banyak terbelah mendukung petahana, sekitar 40-42%,” papar Peneliti Indikator, Rizka Halida, M.Si di Kantor Indikator, Jl. Cikini V No. 5A, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (23/1/2019).
Menurutnya, secara sosiologis basis koalisi Prabowo-Sandi lebih banyak terbelah pada kelompok perempuan, kelompok usia yang semakin tua, kalangan kerah biru, bertempat tinggal di pedesaaan, dan terutama di wilayah tengah Pulau Jawa hingga timur Indonesia.
“Kesimpulan yang bisa kita ambil dari hasil survei 16-26 Desember 2018, basis koalisi Jokowi-KH Ma’ruf Amin lebih banyak terbelah ada kelompok etnis non Jawa, terutama Sunda, usia cenderung semakin muda, agama Islam, kelas bawah dan terutama di sekitar Banten, Jawa Barat dan Sumatera secara umum,” sambungnya.
Berikut hasil survei Indikator berdasarkan Split-Ticket Voting dalam Pilpres 2019:
01. Joko Widodo-Ma’ruf Amin: 56,2 persen pemilih merupakan basis koalisi partai pengusung dan pendukung
02. Prabowo-Subianto-Sandiaga Uno: 26,2 persen basis koalisi pengusung dan pendukung
Undecided votters: 17,6 persen merupakan pemilih dari kelompok non partisan dan basis partai diluar koalisi dan pendukung kedua paslon.(Win)