Foto : Erwin

Jakarta, Media Indonesia Raya – Kondisi Indonesia saat ini sedang memburuk dimana persatuan dan kesatuan bangsa dirasakan semakin menurun termasuk belum selesainya penyelesaian pelanggatan hak azasi manusia terkait peristiwa pada tanggal 21-22 Mei 2019 di Jakarta.

Hal ini dikatakan Edisa Girsang salah satu inisiator Suara Komponen Bangsa pada acara press conference bertema “Kematian dalam proses ber demokrasi” di Apollo Cafe Hotel Ibis Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (11/6/2019).

“Ini tragedi kemanusiaan dimana hak-hak para aktivis dilanggar oleh aparat kepolisian. Itu dibuktikan oleh banyaknya jatuh korban akibat kekerasan yang dilakukan aparat dimana aparat yang didominasi dari kesatuan brimob membuat formasi tempur untuk menghalau para aksi demo. Harusnya mereka menjaga aksi demo bukan malah membubarkan aksi dengan tindakan kekerasan,” kata Eki kepada Media Indonesia Raya.

Menurut aktivisi 98 yang akrab dipanggil Eka ini negara tidak hadir dalam tragedi kemanusiaan tanggal 21-22 Mei di Bawaslu RI Jakarta.

“Negara dalam hal ini Presiden telah mengabaikan konstitusi UUD 1945 terkait hak asasi manusia. Selain itu dalam UU No. 5 tahun 1998 juga menolak keras tindakan penganiayaan kemanusiaan,” ujar Eki.

Ubaidillah Badrun menyorot tentang ekonomi Indonesia yang dirasakan semakin memburuk.

“Faktanya Neraca perdagangan Indonesia pada April 2019 mengalami delisit US$ 2,5 miliar atau setara dengan Rp 36 triliun. Angka ini merupakan yang terburuk sepanjang sejarah. Merosotnya kineria ekspor serta meningkatnya impor membuat defisit neraca perdagangan kembali di atas US$ 2 miliar dalam lima bulan terakhir. Data ekspor Indonesia anjlok 13,1 persen,” kata Ubai.

Disaat yang sama Ubaidillah juga menganggap bahwa kontribusi industri pengolahan nonmigas terhadap PDB mengalami tren penurunan. Faktanya porsi manufaktur dalam Produk Domestik Bruto (PDB) kian menipis. Data Badan Pusat Statistik ( BPS) menunjukkan porsi industri manufaktur sebesar 19,66 persen terhadap PDB. Industri manufaktur hanya tumbuh 4,33 persen atau lebih rendah dibanding pertumbuhan ekonomi 5,17 persen. Pemerintah tidak berhasil melakukan reindustrialisasi, tapi yang terjadi adalah deindustriallsasi prematur.

“lndonesia pernah disebut sebagai negara industri karena porsi manufaktur dalam PDB mencapai 30 persen. Namun, angka kontribusinya saat ini terus terkikis menjadi tak lebih dari 20 persen. Jadi saya merasa keadaan dan kondisi saat ini tak ada bedanya dengan tahun 1998 kemarin,” tutur Ubai.

Dalam acara tersebut Suara Komponen Bangsa mengeluarkan beberapa butir tuntutan antara lain:

1. Menyerukan agar seluruh komponen anak bangsa bahu membahu menjaga persatuan Indonesia, dan tidak terjebak oleh politik kekuasaan.

2. Meminta pertanggung jawaban negara atas tragedi kemanusian dalam proses pemilu saat ini.

3. Jika negeri ini sudah tidak ada lagi keadilan, maka kami akan memaksa dunia Internasional melakukan pengadilan atas kejahatan kemanusiaan.

4. Kita harus benar benar menjaga kedaulatan rakyat atas negeri dgn menghormati hak pilih rakyat.

5. Menolak intervensi ekonomi asing yang membuat kedaulatan Indonesia menjadi lemah.(Win)

By admin

12 thoughts on “Suara Komponen Bangsa Tuntut Penyelesaian Pelanggaran HAM Terkait Peristiwa 21-22 Mei”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!