Foto : Erwin

Jakarta, Media Indonesia Raya – Narkotika masih menjadi masalah yang cukup serius di Indonesia. Survei yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) pada 2017 menunjukkan bahwa terdapat lebih kurang 3.367.000 orang yang menggunakan narkoba.

Negara lewat Pemerintah sudah menyatakan kondisi darurat narkoba sejak lama, dan itu sudah berlaku sejak tahun 1971. Ketika itu, Presiden RI ke-2 Soeharto menyatakan, Indonesia sedang dalam kondisi darurat narkoba.

Namun kenyataannya Indonesia Darurat Narkoba hanya sebatas wacana dan slogan saja. Sampai hari ini sama sekali tidak terlihat tindakan secara radikal bagi para gembong narkoba.

“Dan itu membuat narkoba semakin melambung tinggi di Indonesia. Setiap hari ada saja korban dari ganasnya narkoba, baik dari kalangan masyarakat biasa sampai publik figur. Ini membuktikan lemahnya aparat atau pemerintah dalam menangani masalah narkoba,” kata Praktisi, Pengusaha dan Founder Yayasan Rumah Anak Cerdas (RAC), Dr. Kristy, M.M, MBA kepada Media Indonesia Raya di Jakarta, Jumat (9/8/2019).

Pemerintah harus segera mengevaluasi kinerja jajaran terkait untuk 5 tahun ke depan. Selain itu menurut Kristy dibutuhkan keberanian dari pemimpin untuk membuat aturan dan tindakan yang radikal untuk memberantas narkoba di Indonesia.

“Libatkan semua lini di pemerintah.
Buat job desk yang jelas masing-masing jajaran yang telah ditunjuk sehingga tidak tumpang tindih ketika bekerja di lapangan. Sudah saatnya melibatkan TNI untuk pekerjaan besar ini. Semua kementerian wajib mempunyai program edukasi terkait bahaya narkoba dalam program kerjanya. Semua lini di pemerintahan sudah saatnya diajak bergerak bersama untuk menanggulangi narkoba. Masalah narkoba bukan hanya tugas BNN dan Kepolisian saja, tapi masalah narkoba adalah bagaimana mencari solusi untuk menyelamatkan anak bangsa dan harus menjadi tanggung jawab semua pihak, dari pemerintahan tingkat paling atas sampai bawah. Itu tugas Kepolisian, TNI, BNN dan semua Kementerian hingga BUMN dan Swasta,” papar Kristy.

“Sudah saatnya semua anak bangsa menumbuhkan rasa empati dan peduli akan nasib bangsa ini kedepannya. Jika tidak maka narkoba akan terus merajalela. Jangan berlaku masa bodoh dan tutup telinga dan mengganggap itu bukan menjadi tugas kita, perjuangan sekecil apapun, kepedulian sekecil apapun, bila dilakukan oleh seluruh rakyat Indonesia akan bisa menjadi benteng bagi generasi penerus bangsa dari bahaya narkoba,” imbuh Kristy.

Kristy mengatakan, pengaruh narkoba sudah menyentuh setiap lini di setiap daerah di Indonesia. Tidak ada satu daerah pun di Indonesia yang terbebas dari pengaruh narkoba.

“Mari kita lihat jauh di pelosok Indonesia,
hampir semuanya anak-anak dari TK sudah mulai mengenal narkoba. Ketika mereka tidak bisa membeli narkoba, mereka akan menghisap lem Aibon sebagai gantinya. Ironi sekali bila 5 tahun ke depan kita kehilangan banyak generasi penerus bangsa,” ungkap Kristy.

Kristy menjelaskan bahwa penyelundupan narkoba yang berhasil masuk ke Indonesia diperkirakan jumlahnya jauh lebih besar dibanding keberhasilan aparat membongkar kasus-kasus seperti ini. Kenyataan ini menunjukkan bahwa Indonesia masih merupakan wilayah sasaran penyelundupan jaringan narkoba internasional, karena permintaan konsumsi narkoba masih tetap tinggi.

“Dan ketika permintaan tetap tinggi maka para sindikat internasional akan terus menggelontorkan dengan berbagai macam cara, berbagai macam jalur, berbagai macam modus, agar narkoba sampai ke pasar Indonesia. Dan jalur laut dianggap sebagai jalur yang paling sering digunakan.
Kenyataannya Indonesia merupakan surga bagi peredaran narkoba sampai saat ini,” pungkas Kristy.(Win)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!