Foto: Istimewa

Jakarta, Media Indonesia Raya – Perkumpulan Gerakan Kebangsaan (PGK) , menggelar acara bedah buku “Kepulauan Nusantara” yang dikupas oleh para pakar. Masyarakat dan para penggemar buku ini, yang hadir pada acara yang digelar pada Selasa, 3 Desember 2019, di Hotel Gren Alia, Cikini, Jakarta Pusat itu terlihat bersemangat dan antusias.

Ketua Umum DPP Pergerakan Gerakan Kebangsaan (PGK) Bursah Zarnubi mengatakan buku ini merupakan catatan Wallace tentang kisah delapan tahun perjalanannya di Kepulauan Nusantara terutama Ternate, serta spesies-spesies yang ia temukan disana termasuk spesies baru yang belum dikenali sebelumnya di buku ini. Wallace menuliskan catatan-catatan tersebut dalam empat jurnal, yang terus-terusan dicetak ulang sejak tahun 1896 hingga saat ini.

“Semoga buku ini menambah kasanah perpustakan di tanah air, dan menjadi referensi bagi para pembaca tanah air terutama tentang kekayaan alam nusantara dan keanekaragaman hayati yang menjadi aset bangsa ini,” katanya.

Buku yang diproduksi oleh penerbit Komunitas Bambu itu memiliki tebal X + 100 halaman lebih. Buku karya Alfred Russel Wallace itu ditulis tahun 1854-1862, lalu diterbitkan tahun 2009 oleh Komunitas Bambu.

Pembicara lain yang hadir seperti Yudi Latif, Ph.D (Cendikiawan), Prof.Dr. Sangkot Marzuki, M.Sc., Ph.D, D.Sc (Ketua AIPI Komisi Ilmu Kedokteran), Prof. Jatna Supriatna, M.Sc., Ph.D (Chairman of Research for Climate Change (RCCC)), JJ Rizal (Budayawan dan Pendiri Komunitas Bambu.

Profesor Sangkot mengatakan Alfred Russel Wallace adalah nama besar dalam jagat ilmu pengetahuan dunia. Tetapi melalui bukti-bukti, peninggalan Wallace dapat dengan nyata teraba dan dengan mudah teridentifikasi bahwa dia adalah bagian dari sejarah bangsa Indonesia.

“Sayangnya, Wallace dan karya besarnya The Malay Archipelago di Indonesia masih terlupakan. Di Ternate—tempat ia lama bekerja dan tempat sesungguhnya teori akbar mengenai evolusi lahir—sampai tahun lalu sama sekali bersih dari tanda-tanda yang mengingatkan adanya penemuan paling besar pada abad ke-19 itu. Sayang sekali,” katanya.

Buku kumpulan catatan Wallace ini pun akhirnya terbit pada 1869, dan para cetak pertama ada 1000. Daratan Eropa pun mulai menyebar dan menerbitkan karya Wallace dalam berbagai bahasa di Inggris, Jerman, Belanda, sampai Amerika.

“Cara penulisan Wallace itu sangat mudah dimengerti, dan sangat luwes dibaca namun dalam bahasa Inggris. Itu yang membuat penerjemah kesulitan untuk menuliskannya. Apalagi bukan hanya soal spesies yang dibahas, juga soal manusia, ras, dan budaya,” ujar Sangkot.

Sejarawan dan Pendiri Komunitas Bambu, JJ Rizal mengatakan, penerbitan yang dia bina memang memutuskan nekat menerbitkan karya Wallace meski terlambat 150 tahun. JJ Rizal merasa bersalah karena belum memperkenalkan Wallace kepada pembaca.

“Wallace ini cerita orang yang tidak beres sekolahnya petualangan yang menggembirakan banyak yang lucu. Misalnya saat dia makan duren di Ternate rasanya gimaan gituu, kemudian soal orang utannya yang meninggal dia menangis,” jelas JJ Rizal.(Win) 

By admin

One thought on “Perkumpulan Gerakan Kebangsaan Gelar Diskusi Dan Bedah Buku Kepulauan Nusantara Karya Alfred Russel Wallace”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!