Revitalisasi Pesanggrahan Langenharjo, Kerabat Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat: Jangan Sekali-Kali Melupakan Sejarah

Foto: Istimewa

Jakarta, Media Indonesia Raya – Pesanggrahan Langenharjo, di Desa Langenharjo, Grogol, Sukoharjo, direvitalisasi, karena saat ini kondisinya rusak parah. Dulunya pesanggrahan Langenharjo merupakan salah satu tempat rekreasi bagi keluarga Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Pesanggrahan Langenharjo didirikan hanya sekitar 50 meter dari bibir Sungai Bengawan Solo ini dianggap tempat sakral karena juga digunakan untuk meditasi Raja Keraton Solo.

Pengageng Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat GKR Sekar Kencono yang merupakan putri Paku Buwono XII mengatakan pembangunan Pesanggrahan Langenharjo dimulai pada masa pemerintahan Paku Buwono IX (1861-1893), tepatnya pada tahun 1870 Masehi.

“Namun kondisi Pesanggrahan Langenharjo sangat memprihatinkan. Beberapa lokasi di Pesanggrahan Langenharjo rusak dan butuh perbaikan. Padahal bangunan ini punya sejarah yang tinggi. Terutama bagi Keraton Surakarta dan masyarakat Solo sekitarnya,” kata dia kepada Media Indonesia Raya, Jumat (4/9/2020).

Senada dengan GKR Sekar Kencono, KGPH Adipati Benowo mengemukakan Pesanggrahan Langenharjo mutlak harus diperbaiki karena beberapa bagian yang dikerjakan di antaranya pembenahan pagar, penggantian sirap, usuk, reng, talang, soko yang rapuh, dan beberapa bagian dinding yang rubuh karena termakan usia.

“Perbaikan harus segera dilaksanakan, bila perlu secepatnya dan sangat mendesak disebabkan beberapa bagian bangunan Pesanggrahan Langenharjo rusak berat dan harus segera diganti. Sedangkan untuk biaya revitalisasi ini diperoleh dari sumbangan masyarakat pecinta budaya. Mereka ingin ikut melestarikan bangunan cagar budaya yang memiliki nilai historis yang tinggi. Oleh karena itu harus diselamatkan,” katanya.

Sementara itu ditempat yang sama Guru Sanggar Pasinaon Pambiwara di Keraton Surakarta, Kanjeng Raden Riya Arya (KRR) Budayaningrat, S.Kar, S.Pd meminta agar kebijakan revitalisasi Pesanggrahan Langenharjo tidak melupakan aturan dan prosedur dalam perbaikan, karena masuk sebagai cagar budaya dan bernilai sejarah tinggi.

“Sebaiknya dalam proses perbaikannya harus dilakukan secara hati-hati tanpa melupakan nilai budaya dan spiritual dari bangunan tersebut. Jadi perlu tahap-tahapan, termasuk perlunya wadah semacam rembuk bersama antara kerabat Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Pemerintah. Jadi ada aturan mainnya dan kebijakan yang diambil harus win-win solution karena faktor usia bangunan yang sudah ratusan tahun,” katanya.

Selain itu, sosok pria yang sangat ramah dengan tutur kata sangat halus khas Jawa Surakarta itu meminta agar semua pihak tidak melupakan sejarah.

“Seperti kata Presiden RI Pertama, Bung Karno yakni Jangan Sekali-Kali Melupakan Sejarah. Jadi jangan tinggalkan sejarah, harus tahu sejarah itu seperti apa dan bagaimana. Maka kita harus mengetahui esensi sejarah. Pertama, sejarah merupakan peristiwa, maka hilangnya perisitwa itu maka hilanglah sejarah. Kedua, sejarah merupakan peninggalan, oleh karena itu benda-benda bersejarah harus dikumpulkan untuk dikaji. Yang ketiga, sejarah merupakan cerita yang mengkisahkan menurut si Pengkisah. Intinya ketahui dan kaji sejarah itu, karena sejarah tak akan berulang, walaupun berulang itu hal-hal yang mirip sejarah, itu yang harus diketahui para generasi muda kita,” tutupnya.

Sebelumnya, pemikiran untuk merevitalisasi Keraton Alit Pesanggrahan Langenharjo ditindaklanjuti dengan rapat kerja kajian teknis arkeologi.

Rapat diselenggarakan di komplek Keraton Alit pada Jumat, (4/9/2020) yang dihadiri kerabat Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, antara lain Gusti Pangeran Haryo (GPH) Suryo Wicaksono, GPH Wirobumi, KGPH Adipati Benowo dan GKR Sekar Kencono, serta putra Sunan Pakubuwono XIII, KPH Edhy Wira Bhumi, KGPH Mangkoe Bhumi, BRM Soeryo Manikmoyo, BRM Suryo Wibowo, KRRA Budayaningrat, S.Kar, S.Pd, juga Direktur Utama PT Elshaddai Mulia Shape Sehati Arianik Indriastutik yang direncanakan akan membiayai revitalisasi.

Perwakilan dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) yang hadir yaitu Wahyu Brotorahardjo, S.S, dan Dwi Astuti, ST, M.Eng.

Kajian teknis arkeologi dilakukan oleh tim dari Universitas Sebelas Maret Surakarta yang diketuai Dr. Titis Srimuda Pitana, ST, M.Trop.Arch yang juga Dosen Jurusan Arsitektur Program Studi S2 dan S3 Kajian Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Untuk revitalisasi Pesanggrahan Langenharjo akan dikerjakan dalam waktu 6 bulan, dan bisa diperpanjang.(Win)