Foto: Istimewa

Jakarta, Media Indonesia Raya – Dalam rangka memperingati 22 Tahun Masyarakat Petani & Pertanian Indonesia (MAPORINA) mengadakan Seminar Niti Bumi bertemakan ‘Ketahanan Pangan Untuk Kesejahteraan Bangsa’. Kegiatan seminar tersebut diikuti peserta lewat Online webinar dan offline yang berpusat di Gedung Perpustakaan Nasional Jakarta, Selasa (22/2/2022) dengan mengedepankan Protokol Kesehatan 5 M.

Acara seminar dibuka dengan dengan pemontongan tumpeng simbol HUT ke 22 sekaligus dengan Pengukuhan Pengurus MAPORINA periode 2021-2026.

Seusai acara, Ketua Umum MAPORINA Subandriyo mengatakan kegiatan hari ini menjadi rangkaian kegiatan sebelumnya sebagai satu kesatuan.

“Yang pertama adalah pelantikan pengurus pusat MAPORINA. Kedua pelantikan pengurus wilayah MAPORINA sebanyak 14 pengurus wilayah. Dan, ketiga potong tumpeng dalam rangka ulang tahun MAPORINA yang ke
– 22. MAPORINA lahir pada tanggal 1 Februari 2000 dan diperingati ulang tahunnya pada saat ini. Begitu juga yang terakhir ada MOU dengan beberapa lembaga yang lain plus ada Internasional Webinar yang kita meminta para narasumber penulis dan peneliti yang handal,” tutur Subandriyo kepada para awak media.

Subandriyo mengatakan saat ini organisasi yang dipimpinnya fokus kepada pengembangan dan mensuplai beberapa varietas benih padi unggulan.

“Benih padi unggulan yang sekarang mampu menghasilkan padi dengan kapasitas diatas 12 ton perhektar. Itu luar biasa, karena di Indonesia pada umumnya rata-rata sekitar 6 ton. Kita punya peneliti punya brider-brider yang juga menghasilkan varietas-varietas baru. Apakah itu padi ataupun kedelai yang tingkat produktivitasnya tinggi. Sekarang ini sudah diaplikasikan dilapangan tetapi memang tidak bisa dilakukan secara masif. Dilakukan secara individual tapi dibanyak tempat sudah berjalan,” papar Subandriyo.

Subandriyo berharap benih unggulan jenis padi dan kedelai yang mereka hasilkan mendapat perhatian dari pemerintah dan disosialisasikan masif ke masyarakat.

“Salah satu contoh adalah produksi pertanian padi itu bisa diatas 12 ton per hektar. Kemudian kedelai salah satu brider kita Profesor Ali Nurmansyah itu punya kedelai bisa sampai 2 meter produktivitasnya cukup tinggi juga tetapi belum tersosialisir dengan baik masih personal-personal. Salah satu cara sebenarnya hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh semua peneliti-peneliti termasuk peneliti dari MAPORINA bisa diterapkan tidak hanya masyarakat kecil secara individual tapi bisa diadopsi oleh pemerintah untuk dimassalkan masif ke masyarakat,” jelas Subandriyo.

Menurut Subandriyo, saat ini pihaknya sudah mendekati pemerintah agar ada kebijakan untuk mensosialisasikan secara masif ke masyarakat tani.

“Tentu saja setiap produksi suatu pertanian itu tidak lepas dari bibit unggul sistem usaha taninya apakah pertanian organik atau anorganik. Tentunya kalau MAPORINA inginnya pertanian organik setidaknya pertanian ramah lingkungan. Oleh karena itu pemupukan pupuk-pupuk organik itu mutlak diperlukan. Kemudian keinginan agar menyuarakan kepada pemerintah agar nantinya pemerintah bisa menyampaikan bahwa pupuk organik itu pupuk inti. Sekarang ini pupuk organik itu hanya pupuk yang tidak terlalu penting, padahal pupuk organik itu bisa menyehatkan tanah. Kalau tanah sehat produktivitas perhektarnya itu akan meningkat,” imbuh Subandriyo menambahkan.

Selain itu Dia mengaku pihaknya akan melakukan pendekatan pada pemerintah agar benih hasil penelitian mereka segera diakomodir melalui Kementerian dan Instansi terkait.

“Sayang sekali jika tidak dimanfaatkan karena hasilnya luar biasa itu. Sebaiknya hasil penelitian kami ini bisa diakomodir dan jangan sampai yang terjadi misalnya di satu tempat orang-orang yang pakai bibit unggul justru dianggap ilegal. Itu yang terkadang terjadi dan kadang menyebabkan teman-teman peneliti diluar pemerintah agak enggan melakukan. penelitian. Tetapi kita MAPORINA terus melakukan dan kita aplikasikan di wilayah yang kurang mendapat perhatian, misalnya di Papua,” kata Subandriyo.

Padahal lanjut Subandriyo jika produk yang mereka hasilkan bisa diaplikasikan di Papua produksi padi dan kedelai diharapkan meningkat tajam.

“Jadi yang kita harapkan itu ada kebijakan dan keberpihakan pemerintah kepada para petani, saat ini jrlss diperlukan sekali. Kalau pemerintah tidak memberikan keberpihakan pada petani sampai kapanpun kita harus import beras, kedelai, jagung, dan lain-lainnya. Kuncinya ada di keberpihakan pemerintah kepada petani dalam bentuk apapun tentunya bisa didiskusikan yang paling nyaman buat semuanya,” imbuh Subandriyo menambahkan.

Filosofi bertani adalah untuk mensejahterakan, supaya bisa sejahtera harus sehat sebut Subandriyo.

“Oleh karena itu diperlukan treatment khusus untuk menyehatkan lahan. Lahan di Indonesia itu lebih dari 70 % sudah masuk kategori lahan sakit. Oleh karena itu harus ada keberpihakan pemerintah untuk menggunakan pupuk organik sebagai pupuk utama. Saat sekarang ini subsidi pemerintah pada pupuk itu cukup besar. Kami akan menyuarakan agar sebagian meskipun sebagian kecil itu diaplikasikan untuk pengembangan pupuk organik insito. Maksudnya insito itu pupuk organik yang dilakukan atau dibuat di masing-masing kelompok tani. Sehingga tidak terkena biaya logistik, menghantarkan antara satu titik ke titik lainnya seperti yang pernah terjadi. Itu akan menguntungkan bagi petani karena ketersediaan pupuknya bisa sesuai dengan musim tanam yang dia miliki. Karena kalau musim tanam yang dia miliki pupuknya tidak ada akan menjadi susah nantinya dan produksinya tentunya akan merosot. Jadi intinya kita berharap keberpihakan pemerintah untuk pemberian pupuk organik tapi caranya bukan pupuk organik dibuat di kota-kota besar nanti baru dikirim ke daerah-daerah. Ada dua yang pertama pengirimannya mahal. Yang kedua masalah waktu oleh karena itu policynya harus dirubah. Kebijakannya harus berubah. Kelompok tani tentunya harus ada pendampingan, karena pendampingan itu adalah kunci utama mengenai keberhasilan supaya mereka itu bisa membuat pupuk organik yang efektif bagi pertanian di Indonesia,” tutup Subandriyo.(Win/Red)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!