Kronologi Dugaan Penganiayaan Berat Doni Damara Oleh Pemilik Hotel Oriestom di Manokwari Versi Keluarga

Foto: Istimewa

Jakarta, Media Indonesia Raya – Pemilik Hotel Oriestom Manokwari Papua Barat bernama Hendra alias (H) diduga memukul dan menganiaya karyawannya sendiri Doni Damara Matuankotta (DDM) sehingga menyebabkan luka bakar serius.

Korban DDM kepada awak media yang hadir pada acara press conference di salah satu restoran di kawasan Kota Tangerang pada hari Kamis tanggal 22 Maret 2024 membeberkan kronologi kejadian yang menimpa dirinya tersebut. Korban mengungkap bahwa dia dipukul dan dibakar didalam gudang hotel tempatnya bekerja setelah disiram bensin oleh “H” sang bos sekaligus pemilik hotel.

“Saya dipanggil ke gudang langsung dipukul, katanya saya mencium seorang perempuan resepsionis padahal tidak ada cium dia, kemudian dibawa turun ke bawah kemudian hewan gudang untuk beli bensin yang pertama sudah dicampur air untungnya tidak nyala kemudian suruh beli lagi dan siram, pas adzan maghrib baju saya sudah terbakar, saya guling-guling badan supaya apinya mati, sampai saya jatuh pingsan kemudian dibawa ke rumah sakit,” ungkap DDM.

Sementara menurut Enos Manuankotta, ayah korban, pihak keluarga yang kesulitan menghubungi korban berupaya mencari ke hotel namun tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan, setelah beberapa hari mencari tahu keberadaan DDM, keluarga akhirnya mendapatkan informasi bahwa korban berada di RSUD Manokwari akibat mengalami kecelakaan ditempat kerja dan belakangan baru mengetahui bahwa sebenarnya luka bakar yang dialami DDM bukan karena kecelakaan kerja melainkan diduga akibat dibakar oleh bosnya sendiri.

“Awalnya anak saya tidak bisa dihubungi lalu kita cari ke hotel, katanya sedang ke ambon, setelah beberapa hari baru kita dapat informasi kalau anak saya ada di Rumah Sakit karena terbakar saat belajar las di Kantor, belakangan baru kita tahu kalau dia dibakar oleh bosnya,” ujar EM ayah korban.

Lebih lanjut, ayah korban menceritakan bahwa dia kemudian menemui “H” guna meminta pertanggung jawaban untuk menanggung biaya pengobatan hingga korban kembali pulih seperti sedia kala dan saat itu, menurut EM, terduga pelaku kemudian memberikan uang tunai 10 juta rupiah untuk biaya pengobatan ke Ambon kemudian diberikan lagi tiga kali berturut-turut masing-masing 5 juta rupiah sehingga jumlah yang telah diterima menjadi 25 juta rupiah dan terakhir ayah korban mengungkap bahwa “H” memberikan 75 juta rupiah dengan syarat pihak korban harus menandatangani surat tanda terima dan menyatakan bahwa tanggung jawab “H” atas pengobatan korban telah tuntas.

“Saya ketemu bosnya untuk minta tanggung jawab biaya pengobatan dan dikasih 10 juta, setelah itu ada lagi 5 juta yang diberikan 3 kali jadi 25 juta, untuk rujuk ke RS di Ambon, setelah di Ambon, karena harus rujuk ke Jakarta, bosnya hanya mau kasih 75 juta dan anggap lunas, dan sampai sekarang sudah tidak bisa dihubungi,” tutur ayahanda korban.

Di acara yang sama, paman korban, Izak Timisela selaku sesepuh keluarga di Jakarta membenarkan peristiwa kasus pemukulan dan penganiayaan berat yang menimpa keponakannya tersebut.

“Oleh bos nya, keponakan saya dituduh mencium karyawati bagian repsionis hotel padahal dia tidak cium. Kemudian dia dipukul dibagian kepala dan dianiaya sehingga menyebabkan luka bakar serius di sekujur tubuh korban,” ujarnya kepada awak media.

Izak meminta agar pihak terduga pelaku bertanggung jawab atas nasib dan masa depan korban dan dikarenakan tidak ada lagi itikad baik “H” sebagai pelaku maka pihak keluarga akan menempuh jalur hukum

“Ada tiga hal yang saya tuntut, satu ; mengembalikan diri dia sebagaimana sediakalanya, yang kedua, memberikan pekerjaan kepadanya, bukan di sana tapi disini dan ketiga, memberikan kehidupan kepada dia dan yang ketiga ; karena yang dilakukan itu adalah perbuatan yang diluar batas peri kemanusiaan,” katanya.

Saat ini kondisi korban DDM masih penuh dengan luka bakar yang belum sembuh disekujur tubuh, baik di lengan, pundak, punggung, perut, paha dan bagian tubuh lainnya yang membutuhkan perawatan dan pengobatan lebih lanjut dan secepatnya.

Selain rencana menempuh jalur hukum, pihak keluarga korban DDM juga menuntut ganti rugi sebesar Rp 10 Milyar untuk biaya perobatan korban.

Hingga berita ini ditayangkan, awak media dan redaksi masih kesulitan mendapatkan keterangan lebih lanjut dari pihak terduga pelaku maupun pihak lain yang diduga terlibat untuk menyampaikan tanggapan ataupun sanggahan atas informasi yang diterima oleh rekan-rekan media.(Win/Red)